Kamis, 05 Mei 2011

Pameer Rumah...

Punten..
buat yang sudah terlanjur ke Blog ini, hehe

Sok atuh mampir ke rumah baru saya,,
ada di sini,, silahkan follow juga yaa.. kayaknya bakalan disanaa deh, gara2 ID juga soale.. :D

ohya, kalo yang ini nih, ini sebenarnya rumah pertama saya,
jadi monggo bagi yang berkenan untuk mampir2.. :D

Sabtu, 23 April 2011

Negeri gak Negeri, yang penting Ngaji..

bismillaah yaa rahmaan yaa rahiim..


satu ketika, di sebuah kelas bimbingan belajar.
seorang bocah perempuan kelas enam esde mengutarakan isi hatinya pada saya, padahal saat itu mereka tengah mengerjakan soal-soal try out un.

"kak, aku mah gak mau sekolah di negeri lagi.. Negeri sama swasta nih yah kak, udah kayak langit sama tanah!",
ha? hehe, saya tersentak sembari menahan tawa, juga tak sabar tuk bilang.. (lawannya langit itu, bumi kali dek , bukan tanah, hehe)
hm, akhirnya terpaksa saya tahan benar2 respon tersebut, sembari mengatakan padanya, "loh kenapa ? oke, nanti pas selesai try out kita lanjutin ngobrol masalah tadi yaa .. "

**

hmm, yaya. anak muridku yang satu itu dulunya, pas kelas 1-5 sd, memang sekolah di salah satu SD swasta yang ber-embel-embel -IT di belakangnya. Tapi karena satu dan lain hal, pas kelas enam, dia jadi pindah ke sekolah negeri.
Ahya, gak cuma dia sendirian sih yang pindah, tapi dia berdua dengan temannya, yang juga murid bimbelku. Nah, yang bilang langit-tanah itu tuh yang bagiku rada kritis, kalo yang satunya lagi mah,, enjoy aja..


**
oke, sekarang saya mau coba paparkan pendapatnya, ini pure pendapat dia loh, bocah sd, baru mau esempe.

Baginya, sekolah negeri itu sangat berbeda dengan swasta, sebutlah SDIT.
Pokoknya semuanya beda, di SDIT, gak pernah tuh ada yang namanya nyontek, pas ulangan ngeliat buku ataupun nanya ke temen. Guru2 juga terkesan lebih care dengan para siswanya. Di SDIT juga ditanamkan betul2 yang namanya disiplin, gak ngobrol waktu guru lagi menjelaskan pelajaran, gak banyak bercanda, disiplin disini juga berarti punya targetan hafalan Quran tersendiri.
Masih kata si bocah tadi, temennya saja, yang ikutan pindah sekolah ke negeri, juga jadi berubah drastis, yang tadinya pendiam, sekarang jadi banyakan bercanda kalu belajar, suka nyontek, na..na..na..

**
hm, saya salut dengan kacamata dia dalam meng-observe sekitarnya. tapi di sisi lain, saya sungguh khawatir jika anak-anak semacam ini nantinya yang akan meng-sterilisasi dirinya dengan lingkungan di sekitarnya. Ketidakpercayaan diri ketika bergaul dengan lingkungan yang heterogen, karena tidak selamanya kita bisa ada di "Zona Nyaman".

ahya, kalau mendengar komentardankeluhan si murid saya tadi itu, saya jadi teringat dengan diri saya sendiri dan juga adik2 saya.

saya ini anak negeri.
yup, maksudnya, dari esde sampe kuliah, saya berada di instansi milik negara. tapi Alhamdulillaah, kalau ilmu agamanya sendiri, saya sudah mengenyam TPA (Taman Pendidikan Al Quran) juga MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) sejak esde hingga esempe.

nah, kalau adik2 saya, rata2 mereka mengenyam pendidikan itu, yang ber-embel2 -IT, meskipun ada juga yang melanjutkan ke negeri, tapi setidaknya pas esdenya, sdit. Tapi ada juga yang mengikuti jejak saya, yang sekarang baru kelas 1 sd negeri , hehe.

**
negeri ataupun swasta, bagi saya sama aja.
Asal semua keilmuan itu, diimbangi dengan bekal2 ilmu agama, misalnya kayak saya nih, walau negeri, tapi ngaji.. hoho..

Nah tapi nih ya, kalau emang masih anak2 banget, baiknya sih memang dimasukin ajah ke sekolah2 yang berbau agama, sdit misalnya. Karena satu hal yang tak bisa dipungkiri, adalah mengenai proses pembentukan jati diri, namanya juga lingkungan, kaitan dengan psikologis itu sangat-sangat erat, apalai masa-masa sd, anak-anak yang masih butuh modelling.

Naa, nanti pas udah SMP, SMA, Kampus, biarin aja sih anak tumbuh dan kembang berdasarkan apa yang ia mau, biar nantinya bisa berafiliasi bukan hanya dengan kalanganyang memangsudahmengerti.



#hoamm,, akhir2 malam ini, masih mau digunakan buat ngelanjutin baca buku nih, jadi bersambung aja yaa,, kalau emang nanti ada yang mau disambungin

maaf kalau ditulis sangat berantakan

Rabu, 20 April 2011

tentang warna, karya, dan dua dasawarsa.

memasuki usia,
dua dasawarsa.
berjalan-berlari-mendaki-
tapi...
tak jarang aku berhenti-terjatuh-tersungkur-
kemudian,
MEMAKNAI

dua dasawarsa.
kepada
: dua insan teristimewa yang pertama-tama membawaku pada satu celupan warna.

dua dasawarsa.
kepada
: semesta yang telah menjadi guru dalam setiap pandangan mata, meneduhkan jiwa.

dua dasawarsa.
kepada
: mereka yang selalu ada, dalam logika, rasa, dan dinamika.

dua dasawarsa,
kepada
: yang membuatku menjadi semakin kaya, memperkaya, "memaksaku" menghasilkan karya.

dua dasawarsa,
kepada Rabbku.
karena hidup dan matiku,
hanya untuk sebuah pengabdian padaMu.
dalam satu warna, tentangMu.
membingkai sebuah karya terbaik, demi bekal tuk menghadapMu.



atasnama dua dasawarsa.
19041991-19042011

Syawwal 1412 - Jumaidil Ula 1432

Minggu, 10 April 2011

Washbir Lihukmi Rabbik..

posting perdana disini, sebelum ni tulisan memasuki rumah pertamaku , :))

okelah, tak apa,,^^


kebersamaan sudah terjalin lama. tapi mau apa, kalau Ia baru menakdirkannya sekarang?

bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh…coba dari dulu…”

empat atau lima tahun, adalah waktu yang cukup lama.
untuk sebuah perjalanan.
mengeja kata jadi bahasa, saling mengadukan kesal dan pahitnya kehidupan, melihat tawa rona bahagia di saat kelulusan, atau saat kita sama-sama tertawa di
atas kebodohan kita sendiri, waktu itu, saat sama-sama kehilangan hape di satu tempat kursus bahasa. :D
sekitar empat-lima tahun lalu,
hm, tapi nyatanya, kita terpisahkan ruang dan waktu sejak pengumuman kelulusan waktu itu.
hmm, duaribudelapan, ternyata sudah cukup lama yaa ?

pada akhirnya, baru sekarang.
bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh.. coba dari dulu…”


memang sudah sepatutnya ikatan ini dipertanyakan,
terlebih lagi, ketika mengingat nasehat dari seorang tetua,
begini katanya :
“jangan sampai kau masih merasa punya waktu luang, kalau ternyata, rumah saudaramu saja tak pernah kau kunjungi”,

memang, sudah sepatutnya ikatan ini dipertanyakan,
saat orang-orang terdekatmu tak menjadi se-warna denganmu.
“Shibgatallah wa man ahsanu minallahi shibghah… ”
inginnya, mewarnai juga, sungguh.
hingga pemberianNya, hidayah ini, tak hanya milik pribadi.


entahlah, sedang tak mampu mengingat pasti.
sudahkah ?
atau jangan-jangan, perjalanan kita selama ini hanya mentok di ruang-ruang diskusi tanpa isi, [hanya berbau]duniawi.
Astaghfirullaah,, maafkan.. maafkan yang belum mampu penuhi hakmu sebagai sodari.

**
tak ada lagi yang bisa di ucapkan selain rasa syukurku ini,
mendengarmu yang –ingin- mengajakku mengaji,
lalu, kau juga yang (kembali) mengingatkanku akan mati.

bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh.. coba dari dulu..”


ah ya, betapa bersyukur jika memang sedari dulu.
tapi, bukankah Ia yang lebih Tahu?
saat-saat yang tepat untuk menjadikan kita tahu dan (ingin) mencari tahu.

Washbir lihukmi rabbik..
“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu..” (QS. At Thuur ; 48)


:)
tulisan ini saya dedikasikan buat kamu,
yang sudah menjadi jalan, memberikanku ladang baru. :)
neng, kita sama2 belajar yaa ? ^^

Senin, 04 April 2011

Entah jarak, atau sekat.

akhir2 ini, aku dihadapkan dengan tatap para saudari yang, bagiku, penuh kebekuan. Aku tak tau mengapa, mungkin ini adalah sugesti dari keinginanku sendiri yang ingin –lenyap- sejenak saja, dari mereka.

akhir2 ini juga, rasa-rasanya memang aku lebih banyak -sendiri-. ah, meski aku masih saja disana, tak kemana-mana. entah mengapa, aku seperti masih berada dalam keadaan sendiriku.

dan akhir2 ini, ternyata tak hanya satu-dua dari mereka, para saudari sewarnaku, memperhatikanku, hooho..lebih tepatnya: mengeja deretkata ala ku. ah, semakin aneh saja bincangku malam ini..


ha, nyatanya persepsi itu penting ya.

bagaimana menurut kita, belum tentu menurut orang lain begitu.


persis, seperti mereka yang melontarkan tanya padaku,

: “cemburu sama siapa, Zah ?”

atau yang sekedar komentar, “agak sedikit gimanaaa gitu, cinta-cinta..”



ha, kurang lebih begitulah, aku tak hafal betul redaksinya. lantas. aku hanya menjawab dengan senyuman sembari menjawab tanya sekedarnya ; “oh.. yang itu.. ^^”


maaf, kalau ada yang merasa terganggu dengan aksiku.

ah ya, aku menyebutnya aksi.

Memang itu aksi favoritku. ^^



maaf, kalau ada yang merasa risih dengan keisenganku.

meski sungguh, itu bukan hal yang hanya iseng-iseng aja.

hanya ingin mengkatarsiskan diri.



mungkin, seperti Gestalt,

: Bukankah keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian ?



jadi menurutku, dengan keseluruhan sepertinya akan lebih bijak memaknai atau (lebih baik) tak usah sama sekali.

sekali lagi, maaf kalau ada yang merasa terusik.


Jazakillaah atas berbagai sangka baiknya.

semoga Allah selalu menjaga kita.



#dan untuk mereka.

entah jarak, atau sekat ?

ah, betapa sungguh.

aku rindu.

tapi lidahku begitu kelu.

mengucap miss u..




Allah, sampaikan..sampaikan, untuk mereka.

kepada : pewarna hari-hariku..



ruanghati, April 4th 2011. 23:56

Sabtu, 02 April 2011

Terserak (8)

kau percaya?
kalau Ia selalu punya cara terbaik untukmu.. :)
dalam hal apapun,
menjawab tanyamu,
menegurmu,
membuat tegar dirimu,
membuat lega jiwamu,
menguji sejauh mana sabar dan syukurmu,
yang semua itu hanya ingin membuatmu tersenyum, bukan ? :)


seperti senja itu, yang terjadi padaku,
:: meski hanya lewat sebuah bisikan tak sengaja seorang saudari yang (saat itu) ada disampingku,

"...akhir2 ini, ana harus mengejar tilawah ana, ukh..."


Glekkkk.. hoi.. apa kabar diri ?!
jika akhir2 ini tilawahmu hanya ada di garis
-standar- saja, sebatas minimal. [!]
tanpa penambahan.
atau tilawahmu yang kau rasakan -tanpa rasa-.
padahal kau selalu meminta ini itu padaNya.


hoi...seenaknya saja kau, diri ?!
mengibarkan dahan-dahan,
menebarkan benih,
menunggu kuncupnya mekar jadi bunga,

tapi tanpa,
tanpa menyuburkan kembali tanah pijakmu,
tanpa merasa perlu lagi memperkuat akarmu,
dan terus saja meminta,
tanpa penghambaan seutuhnya..
hanya sekedarnya, sekedarnya saja.
padahal, bukankah semestinya,
: Semampumu,
BUKAN HANYA sekedarmu.

hoii... apa kabar kau, diri ?!
ingin sekali aku memakimu.
tak lain hanya ingin bangunkanmu dari tidurpanjangmu..

Wahai diri,
aku hanya kasihan padamu,
jika kau lakukan semuanya tanpa ruh,
maka kosong-hambar-kering-tanpa rasa.
dan kalau memang begitu,

haha, bersiaplah kau akan tersungkur jatuh tanpa bisa bangkit kembali.

#

Allahumma Anta Rabbi Laa Illaaha Illa anta,
khalaqtani, wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika, wa wa'dika mastatha'tu,
'auudzubika min syarri maa shana'tu, abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u bi dzanbi,
faghfirlii..


Allah, aku hambaMu..

so heal, and you will be healed,,

Senin, 28 Maret 2011

Tarbiyah Allah itu : keren.

bahwa indah tidaknya harimu, adalah bagaimana kualitas Shubuhmu.

yap, bagaimana sepanjang hari nanti, kau mampu mengartikan semua tarbiyah yang diberikanNya.

sekecil apapun itu.

meski yang terserak, sekalipun.

maka, suka-duka, jatuh-bangunmu,

akan kau artikan -tulus- sebagai tarbiyahNya,

dan semua lelah, akan terlunas sudah.



menengok televisi, berisikan ceramah pagi.

sedikit siraman ruhiy, setelah membaca kitab suci,

bertemakan

: Ummi.

Rabb, kau telah buat aku malu, sepagi ini. T.T



kemudian, melangkahkan kaki, menuju tempat agenda hari ini.

: setia budi.

-Musyawarah Kerja Tarbawi-

seiring roda berputar, sembari terus mengazzamkan diri,

bahwa aku akan lebih baik lagi,

:: mulai saat ini.

dan ketika arkanul ba'iah di ucapkan,

terbersit bisikan dari dalam hati,

diiringi rasa harap cemas, takut, keinginan untuk penuh totalitas.

: dan ketika, amanah besar itu jatuh di pundak kecil kami.

Kuatkan kami dengan kekuatanMu, Rabbku. ^^



ah ya, hari ini juga, lagi2 tentang Quran.

semoga diri ini menjadi bagian dari para huffadzh Quran itu. Aamiin yaa Rabb.

saat ini, aku sedang merindui masa-masa itu,

merindui Al Mulk dan At Thuur di persandingkan. ^^

aku juga merindui, masa2 bahagia melihat para adik melafadzhkan ayat2 cintaNya. :)



hingga malam ini, tercecer satu artikel milik Almarhum Ustadz Rahmat Abdullah

: Kematian Hati.



ah, wasiat beliau, berkali-kali dibaca, tetap saja menggetarkan hati,



"Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar,

kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa.

Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih,

bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.



Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka”, ucapnya lirih."



bagi yang mau baca (lagi) artikel Ust Rahmat , monggo :disini




ditulis, 23 Rabiul akhir - 27 Maret 2011.

dengan sisa tenaga (sembari kontemplasi sejenak) hari ini, pasca muker tarbawi.



ohya,

untuk umi : Barakallahu Fii Umriik,

Moga umi di sayang Allah :)

Kamis, 24 Maret 2011

Cemburu

setiap kali,
bukan untuk yang pertama kali.


ah rasa itu.

tapi aku tak pernah mampu katakan itu padamu.
karena aku tahu, kau akan marah padaku, nantinya.

ah, kau.
tak ada alasan lagi untuk nyatakan bahwa aku tidak cemburu padamu.

setiap kali,
bukan untuk yang pertama kali.


tapi kau tetap saja dengan ke-rendah-hati-an-mu,
sampai2, aku tak berani mengangkatmu.

ah, lebih baik aku begini.
menjejakmu dalam diamku.
dan kau pasti suka dengan caraku itu.
sembari non verbalmu yang seakan berkata,
: kagum pada orang jangan berlebihan. Terus saja mengagumi Rabb kita. ^^

Lalu, benar juga apa kekata Abang AM; "Sebab, nilai seseorang tidak ditentukan di awal hidupnya, tidak juga di pertengahan hidupnya, tetapi justru di akhir hidupnya. Itulah makna istiqamah yang konsistensi. Dan kekuatan yang tetap membuat kita konsisten pada kesabaran."

yop, karena kita belum pernah tau bagaimana akhir kita nantinya. Maka, memaksimalkan diri tetap pada koridorNya hingga desah nafas terakhir kita. ^^

#Rabiul Akhir 1432 - Maret 2011.

Ah ya, hari ini, aku juga semakin belajar, kalau : Orang-orang yang terjaga adalah orang-orang yang pandai menjaga. :)

Minggu, 13 Maret 2011

Unpredictable #

Unpredictable #


Ini adalah masa,
ketika apa yang (harus) kau jalani
adalah keluar dari semua poin-poin yang telah kau buat.
Bahkan ketika kau telah membuat skala prioritas sedetail-detailnya.
Tapi nyatanya,
yang (harus) kau jalani demikian meleset dari apa yang telah kau rencanakan.
Lagi-lagi,
memang begini yang (harus) dijalani.


poin # : gak bisa ikut star party karena zzzzzzzzz, bukan berarti gak bisa ngeliat bintang.^^
poin ## : gajadi bawa motortadipagi karena surattandanomorkendaraan yang gak stand by di rumah, alasan lain : karena gatau jalan, :P
poin ### : and then, hadir telatsangat di Al Balagh, hoho, yang penting tetep semangat. ^^

Percaya, alur sekaligus naskah hidup kita sudah diatur sedemikian cantik olehNya. :)

* lagi di metromini,
ahadpagi, selepas berganti kendaraan (lagi) dari terminal blok M.

***

Sesampainya di Al Balagh,
hilang sudah semua lelah, karena "perubahan itu membutuhkan komitmen dan keteladanan diri (!)"
hm, semoga ini menjadi satu pembuktian.
***

zzzzz... unpredictable-nya pun SEMPURNA, hingga malamini.
sore tadi, pas pulang dari IBF hari terakhir,
tergesa aku,
sampai juga.
what !
cuma bisa tersenyum miris, kecewa tapi gimana...
salah jadwal euy,, grrrrrrr..
............astaghfirullaah...

Allah, semoga niatan itu-pun tercatat.
semuanya, hari ini, di luar dugaanku.
yang gakbisa hadir jadi hadir, yang gak niat hadir eh jadi kesana juga, yang bener2 niat malah gak kesampaian.
owalaah..

haha, yap... tarbiyah Allah hari ini --


March 13th 2011 - Rabiul Akhir 1432.

Rabu, 09 Maret 2011

Pe-eR

Pe-er nya masih banyaaaaaaak, izzah…
belum saatnya kau duduk manis ‘gak pake mikir’ (!)

masih banyak yang harus dikerjakan, izzah…
belum pula waktunya kau untuk ‘pulang’ tidur nyenyak..

masih banyak yang harus dikerjakan, izzah…
sekarang bukan lagi saatnya kau untuk menunggu,
tapi -kini- mereka yang kan menantimu..
menantikan langkah-langkah awalmu,
menantikan gerak-arah-lari-taktis-mu, izzah…
biar nantinya mereka mengikutimu,
benar-benar mengikutimu,
menjadi penegurmu bilamana disorientasi mengusikmu,,
biar nantinya mereka tak meninggalkanmu sendiri, izzah..

masih banyak yang harus kau pelajari, izzah..
bukan sekedar duduk berselonjor kaki sembari jelajah maya tanpa makna.

lihat kanan-kirimu.
pe-er mu benar-benar sudah menumpuk, izzah..
jangan dibiarkan tambah numpuk lagi.
bukan untuk di timpuk.
jangankan di timpuk, disenggol dikit juga udah bubruk..

janganbuangwaktulagi, izzah [!]


#ayoayoayo..muker bentar lagi, zah.
bangunnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn, izzahhhhhhhhhhhhhh [!!!]
3 Rabiul akhir 1432 – 090311 -

Rabu, 02 Maret 2011

sebuah dialog jiwa

“silahkan tuangkan saja, sesukamu..”


‘tidak. aku sedang tak ingin menuangkan apa-apa. maaf.’


“maksudmu, apa ? Bukankah selama ini kau selalu melakukan hal itu ?”

“ayo jawab.. kau kenapa?”

‘entahlah, aku tak tau.. tak tau pasti’


“ayolah.. bukankah –disini- kau biasanya berbagi?”


‘ya, tapi entahlah.. tolong, jangan paksa aku untuk menceritakannya’


“baiklah, aku tak memaksamu. tapi hey, bukankah aku tak pernah memaksamu? Bukankah selama ini aku hanya -menjadi sesuatu yang kau inginkan aku untuk menjadi-? Ah, berbelit sekali aku menjelaskannya padamu..”


‘Sok tau sekali kau..’


“lancang benar bicaramu, bukankah aku ini adalah yang paling tahu tentangmu?”


‘kalau saja kau tahu, aku ingin sekali menuangkan, tapi aku sedang menahan itu,,, aku takut.. ’


“baiklah, kau tuangkan saja dulu, aku bersabar untuk menunggu …”


‘kau tak usah tunggu, tak usah menunggu-’

‘kau pasti lebih tahu, tentangku--’

coba kau ceritakan lagi padaku, biar ku semakin sadari..


---

baiklah, bila kau memintaku, aku, -sebagai yang paling tahu tentangmu-

“sejujurnya, aku sedang (ingin) bermusuhan dengan kata.

kau tanya kenapa? aku kecewa.

kecewa dengan mereka yang tak bisa merealisasikan kata.

(tiba-tiba) aku benci bahasa. bahasa-bahasa yang hanya menjadi penghias maya. Ah, aku benci….

aku juga takut, takut dengan apa-apa yang telah aku katakana.

Mungkinkah, aku seperti itu (juga)? Mungkin saja. tapi kuharap tidak. Semoga Ia selalu membimbingku.

Tapi,

Izinkan aku bermusuhan dengan kata, sejenak saja.

Perihal Kecewa ? Ah, untuk apa sebenarnya aku kecewa, padanya, pada mereka.

Toh semua itu, antara aku dengan Rabbku. begitupun dengannya, antara ia dengan Rabb kita.

yang penting aku ingat,

“Kabura maqtan ‘indallahi antaquulu ma laa taf’aluun..”





---

Kepada yang gemar berbagi kata,

kuharap kau tak hanya hiasi dunia maya dengan aksara,

ah apalah guna,

kalau tak kau tuliskan dengan jiwa.

kekosongan hati. kehausan jiwa. kelaparan ruhiy.

tak akan guna.

tak akan sampa jugai.

karena bukan untuk sebuah popularitas,

bukan untuk naik pentas.

bukan itu tujuanmu.

kan ?



--

tapi hanya untuk Yang Satu.



--al’izzah yang sedang ditemani pasangan sejati dalam hidup.

: Hati.



--

Akhir Feb 2011

Surat Cinta, Satu Perpustakaan Penuh

Surat Cinta Satu Perpustakaan Penuh
: sebuah retorika

Jika ada surat cinta sebanyak satu perpustakaan penuh,
dan semua itu ditujukan kepadamu,
dari yang begitu kau kenal,
dan ia sangat mengenal dirimu,
akan seperti apakah reaksimu?

Jika surat-surat itu tak hentinya menceritakan tentang dirimu
mengupas setiap misteri dari masa lalu
kenangan yang begitu lama kau rindu
membuka rahasia demi rahasia
yang kau sembunyikan dibilik hatimu

akan seperti apakah reaksimu?

jika surat-surat itu tahu makanan kesukaanmu
olahraga favoritmu
sahabat-sahabat terbaikmu
cinta pertamamu
dan orang yang selalu tersenyum kepadamu
akan seperti apakah reaksimu?

Jika perlahan surat-surat itu menceritakanmu rahasia besarnya
bahwa tinta diatasnya ditulis yang begitu memperhatikanmu
sangat dekat denganmu
senantiasa mendengarkanmu
bersabar menghadapi ketidaktahuanmu
menceritakan kepandaianmu, kecantikan nuranimu
bahkan saat ia tahu setiap lipatan pikiranmu, keinginan hatimu
tidakkah kau akan penasaran dibuatnya?

Lalu jika tiba-tiba saja surat-surat itu terhenti
tidak lagi mengalir memenuhi benakmu
terputus dari begitu saja muncul di meja kerjamu
menghilang dari keterbiasaan yang telah disimpannya diam-diam
dalam bawah sadarmu
tidakkah kau akan jatuh rindu dan segera mengadu?

Tidakkah kau ingin tahu?

Surat-surat itu ingin bercerita tentang masa depanmu
harapan-harapan besarnya untukmu
keselamatan bagimu
kebahagiaan terbesarmu

namun seringkali, ia kehabisan jalan untuk sampai ke tempatmu

- dzulhijjah 1431


Jika ada surat cinta sebanyak satu perpustakaan penuh,
dan semua itu ditujukan kepadamu,
menceritakan dirimu
akan seperti apakah reaksimu? :),

"Iqra, bismirabbikaladzii Khalaq.."
(Q.S Al-Alaq, 96:1)



a friend's request
* copy dari fb sodara.. :)

Rabu, 16 Februari 2011

Terserak

Pyarrr !

Bahwa yang didapatkan adalah apa-apa yang dibutuhkan,
bukan hanya sebatas yang diinginkan.
Bahwa hal-hal -to the point- memang harus segera disampaikan,
bukan hanya mengagung-agungkan penerimaan, pengertian, ataupun perasaan.

Bahwa Ia memang Maha Tahu,
harus dengan cara ini kau dapat dimengerti.

Bahwa tamparan ini mendarat secara tepat,
karena itu demi sebuah perbaikan.
Sebuah tamparan,
bukan membuatmu justru terpental,
karena kau telah sadari betul itu.
bahwa sakitnya tamparan itu tak (selamanya) terikat dan melekat.

Sebuah tamparan yang kau dapati dari orang-orang yang telah dipilihNya.
Mereka yang mengingatkan segala lalaimu.

Selasa, 25 Januari 2011

Me-Langit-kan

Dia selalu punya cara paling keren dalam menjawab apa2 yang telah kita langitkan.
Maka, langitkan saja, meski hanya dalam bisikan tak sengaja, dan bersiaplah mendapat jawaban terbaikNya.

Percaya kan dengan kekuatan melangit itu?
Maka jangan pernah bosan untuk melangitkan.

Langitkan saja, langitkan tanpa ragu,
langitkan dengan keyakinan penuh,
langitkan dengan ruh,
langitkan dengan penuh harap, takut, dan cinta..

Biarkan saja, bersabar dulu.
Biarkan ia-nya melangit (dulu).
Mungkin sekarang belum saatnya ia membumi.
Mungkin baru esok, atau nanti2..
Yang penting yakini, percayai, kalau ini caraNya menguji kesabaran kita, mengajari kita, mengajak kita untuk selalu mampu tersenyum dan tersenyum. ^^
sebelum, saat, dan setelahnya,
tersenyum..
Walau hanya sebatas menanti..

*setelah usaha penuh tentunya, hohoo.. :)

Senandika -

Kadang aku -memilih untuk tak usahlah miliki -rasa-
haha, ternyata memiliki perasaan itu sangat amat teramat lelah..
ya ? ya ?

Kadang aku memilih untuk tak tau saja..
meski aku tau konsekuensinya,
kalau dengan begitu berarti aku kalah-

kadang aku memilih untuk sendiri saja,
menyimpan segalanya,
(cukup) sendiri saja.
seperti aku memang tengah hidup sendiri di dunia ini-

padahal kalau mau dirasa-rasa, rasa bukanlah suatu hal yang dilema.
sederhana saja, aku hanya perlu memahami maksud-maksudNya.
hanya itu.
sesederhana itu.
**

-semoga itu hanya dulu-


dan kini,
aku telah memilih tuk menyadari dan (terus) mensyukuri,
karena ini semua garis kita.
aku tahu, garisku tak mungkin tertukar dengan garismu.
begitu juga dengan garismu, yang tak akan pernah menjadi garisku.
semuanya telah tercatat sangat apik di Lauhul MahfudzhNya.

jalani dan syukuri.
semua yang terjadi padaku-padamu-pada kita adalah anugerah,
semua itu, hanya ingin mengajak kita untuk selalu mengimaniNya, insya Allah.

**
dewasa dalam bermain rasa.
dewasa untuk memahami, menyikapi segalanya.

Maka, tak akan ada lagi keluhan pada diri.
tak akan ada lagi permusuhanhati antar pribadi.
tak akan ada lagi dilematis sana-sini.

tentang rasa, cita, dan cinta.
meski, aku belum begitu 'menyungguhi' 3kata itu.


*hhe, hanya catatan dikala ber-senandika,
dari seorang bocahhh bernama 'izzah :)
dinihari, jam 00.13. 220111 ^^
lagi mabit Madrasah Qiyadah Tarbawi :)