bismillaah yaa rahmaan yaa rahiim..
satu ketika, di sebuah kelas bimbingan belajar.
seorang bocah perempuan kelas enam esde mengutarakan isi hatinya pada saya, padahal saat itu mereka tengah mengerjakan soal-soal try out un.
"kak, aku mah gak mau sekolah di negeri lagi.. Negeri sama swasta nih yah kak, udah kayak langit sama tanah!",
ha? hehe, saya tersentak sembari menahan tawa, juga tak sabar tuk bilang.. (lawannya langit itu, bumi kali dek , bukan tanah, hehe)
hm, akhirnya terpaksa saya tahan benar2 respon tersebut, sembari mengatakan padanya, "loh kenapa ? oke, nanti pas selesai try out kita lanjutin ngobrol masalah tadi yaa .. "
**
hmm, yaya. anak muridku yang satu itu dulunya, pas kelas 1-5 sd, memang sekolah di salah satu SD swasta yang ber-embel-embel -IT di belakangnya. Tapi karena satu dan lain hal, pas kelas enam, dia jadi pindah ke sekolah negeri.
Ahya, gak cuma dia sendirian sih yang pindah, tapi dia berdua dengan temannya, yang juga murid bimbelku. Nah, yang bilang langit-tanah itu tuh yang bagiku rada kritis, kalo yang satunya lagi mah,, enjoy aja..
**
oke, sekarang saya mau coba paparkan pendapatnya, ini pure pendapat dia loh, bocah sd, baru mau esempe.
Baginya, sekolah negeri itu sangat berbeda dengan swasta, sebutlah SDIT.
Pokoknya semuanya beda, di SDIT, gak pernah tuh ada yang namanya nyontek, pas ulangan ngeliat buku ataupun nanya ke temen. Guru2 juga terkesan lebih care dengan para siswanya. Di SDIT juga ditanamkan betul2 yang namanya disiplin, gak ngobrol waktu guru lagi menjelaskan pelajaran, gak banyak bercanda, disiplin disini juga berarti punya targetan hafalan Quran tersendiri.
Masih kata si bocah tadi, temennya saja, yang ikutan pindah sekolah ke negeri, juga jadi berubah drastis, yang tadinya pendiam, sekarang jadi banyakan bercanda kalu belajar, suka nyontek, na..na..na..
**
hm, saya salut dengan kacamata dia dalam meng-observe sekitarnya. tapi di sisi lain, saya sungguh khawatir jika anak-anak semacam ini nantinya yang akan meng-sterilisasi dirinya dengan lingkungan di sekitarnya. Ketidakpercayaan diri ketika bergaul dengan lingkungan yang heterogen, karena tidak selamanya kita bisa ada di "Zona Nyaman".
ahya, kalau mendengar komentardankeluhan si murid saya tadi itu, saya jadi teringat dengan diri saya sendiri dan juga adik2 saya.
saya ini anak negeri.
yup, maksudnya, dari esde sampe kuliah, saya berada di instansi milik negara. tapi Alhamdulillaah, kalau ilmu agamanya sendiri, saya sudah mengenyam TPA (Taman Pendidikan Al Quran) juga MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) sejak esde hingga esempe.
nah, kalau adik2 saya, rata2 mereka mengenyam pendidikan itu, yang ber-embel2 -IT, meskipun ada juga yang melanjutkan ke negeri, tapi setidaknya pas esdenya, sdit. Tapi ada juga yang mengikuti jejak saya, yang sekarang baru kelas 1 sd negeri , hehe.
**
negeri ataupun swasta, bagi saya sama aja.
Asal semua keilmuan itu, diimbangi dengan bekal2 ilmu agama, misalnya kayak saya nih, walau negeri, tapi ngaji.. hoho..
Nah tapi nih ya, kalau emang masih anak2 banget, baiknya sih memang dimasukin ajah ke sekolah2 yang berbau agama, sdit misalnya. Karena satu hal yang tak bisa dipungkiri, adalah mengenai proses pembentukan jati diri, namanya juga lingkungan, kaitan dengan psikologis itu sangat-sangat erat, apalai masa-masa sd, anak-anak yang masih butuh modelling.
Naa, nanti pas udah SMP, SMA, Kampus, biarin aja sih anak tumbuh dan kembang berdasarkan apa yang ia mau, biar nantinya bisa berafiliasi bukan hanya dengan kalanganyang memangsudahmengerti.
#hoamm,, akhir2 malam ini, masih mau digunakan buat ngelanjutin baca buku nih, jadi bersambung aja yaa,, kalau emang nanti ada yang mau disambungin
maaf kalau ditulis sangat berantakan
Sabtu, 23 April 2011
Rabu, 20 April 2011
tentang warna, karya, dan dua dasawarsa.
memasuki usia,
dua dasawarsa.
berjalan-berlari-mendaki-
tapi...
tak jarang aku berhenti-terjatuh-tersungkur-
kemudian,
MEMAKNAI
dua dasawarsa.
kepada
: dua insan teristimewa yang pertama-tama membawaku pada satu celupan warna.
dua dasawarsa.
kepada
: semesta yang telah menjadi guru dalam setiap pandangan mata, meneduhkan jiwa.
dua dasawarsa.
kepada
: mereka yang selalu ada, dalam logika, rasa, dan dinamika.
dua dasawarsa,
kepada
: yang membuatku menjadi semakin kaya, memperkaya, "memaksaku" menghasilkan karya.
dua dasawarsa,
kepada Rabbku.
karena hidup dan matiku,
hanya untuk sebuah pengabdian padaMu.
dalam satu warna, tentangMu.
membingkai sebuah karya terbaik, demi bekal tuk menghadapMu.
atasnama dua dasawarsa.
19041991-19042011
Syawwal 1412 - Jumaidil Ula 1432
dua dasawarsa.
berjalan-berlari-mendaki-
tapi...
tak jarang aku berhenti-terjatuh-tersungkur-
kemudian,
MEMAKNAI
dua dasawarsa.
kepada
: dua insan teristimewa yang pertama-tama membawaku pada satu celupan warna.
dua dasawarsa.
kepada
: semesta yang telah menjadi guru dalam setiap pandangan mata, meneduhkan jiwa.
dua dasawarsa.
kepada
: mereka yang selalu ada, dalam logika, rasa, dan dinamika.
dua dasawarsa,
kepada
: yang membuatku menjadi semakin kaya, memperkaya, "memaksaku" menghasilkan karya.
dua dasawarsa,
kepada Rabbku.
karena hidup dan matiku,
hanya untuk sebuah pengabdian padaMu.
dalam satu warna, tentangMu.
membingkai sebuah karya terbaik, demi bekal tuk menghadapMu.
atasnama dua dasawarsa.
19041991-19042011
Syawwal 1412 - Jumaidil Ula 1432
Minggu, 10 April 2011
Washbir Lihukmi Rabbik..
posting perdana disini, sebelum ni tulisan memasuki rumah pertamaku , :))
okelah, tak apa,,^^
kebersamaan sudah terjalin lama. tapi mau apa, kalau Ia baru menakdirkannya sekarang?
bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh…coba dari dulu…”
empat atau lima tahun, adalah waktu yang cukup lama.
untuk sebuah perjalanan.
mengeja kata jadi bahasa, saling mengadukan kesal dan pahitnya kehidupan, melihat tawa rona bahagia di saat kelulusan, atau saat kita sama-sama tertawa di
atas kebodohan kita sendiri, waktu itu, saat sama-sama kehilangan hape di satu tempat kursus bahasa. :D
sekitar empat-lima tahun lalu,
hm, tapi nyatanya, kita terpisahkan ruang dan waktu sejak pengumuman kelulusan waktu itu.
hmm, duaribudelapan, ternyata sudah cukup lama yaa ?
pada akhirnya, baru sekarang.
bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh.. coba dari dulu…”
memang sudah sepatutnya ikatan ini dipertanyakan,
terlebih lagi, ketika mengingat nasehat dari seorang tetua,
begini katanya :
“jangan sampai kau masih merasa punya waktu luang, kalau ternyata, rumah saudaramu saja tak pernah kau kunjungi”,
memang, sudah sepatutnya ikatan ini dipertanyakan,
saat orang-orang terdekatmu tak menjadi se-warna denganmu.
“Shibgatallah wa man ahsanu minallahi shibghah… ”
inginnya, mewarnai juga, sungguh.
hingga pemberianNya, hidayah ini, tak hanya milik pribadi.
entahlah, sedang tak mampu mengingat pasti.
sudahkah ?
atau jangan-jangan, perjalanan kita selama ini hanya mentok di ruang-ruang diskusi tanpa isi, [hanya berbau]duniawi.
Astaghfirullaah,, maafkan.. maafkan yang belum mampu penuhi hakmu sebagai sodari.
**
tak ada lagi yang bisa di ucapkan selain rasa syukurku ini,
mendengarmu yang –ingin- mengajakku mengaji,
lalu, kau juga yang (kembali) mengingatkanku akan mati.
bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh.. coba dari dulu..”
ah ya, betapa bersyukur jika memang sedari dulu.
tapi, bukankah Ia yang lebih Tahu?
saat-saat yang tepat untuk menjadikan kita tahu dan (ingin) mencari tahu.
Washbir lihukmi rabbik..
“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu..” (QS. At Thuur ; 48)
:)
tulisan ini saya dedikasikan buat kamu,
yang sudah menjadi jalan, memberikanku ladang baru. :)
neng, kita sama2 belajar yaa ? ^^
okelah, tak apa,,^^
kebersamaan sudah terjalin lama. tapi mau apa, kalau Ia baru menakdirkannya sekarang?
bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh…coba dari dulu…”
empat atau lima tahun, adalah waktu yang cukup lama.
untuk sebuah perjalanan.
mengeja kata jadi bahasa, saling mengadukan kesal dan pahitnya kehidupan, melihat tawa rona bahagia di saat kelulusan, atau saat kita sama-sama tertawa di
atas kebodohan kita sendiri, waktu itu, saat sama-sama kehilangan hape di satu tempat kursus bahasa. :D
sekitar empat-lima tahun lalu,
hm, tapi nyatanya, kita terpisahkan ruang dan waktu sejak pengumuman kelulusan waktu itu.
hmm, duaribudelapan, ternyata sudah cukup lama yaa ?
pada akhirnya, baru sekarang.
bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh.. coba dari dulu…”
memang sudah sepatutnya ikatan ini dipertanyakan,
terlebih lagi, ketika mengingat nasehat dari seorang tetua,
begini katanya :
“jangan sampai kau masih merasa punya waktu luang, kalau ternyata, rumah saudaramu saja tak pernah kau kunjungi”,
memang, sudah sepatutnya ikatan ini dipertanyakan,
saat orang-orang terdekatmu tak menjadi se-warna denganmu.
“Shibgatallah wa man ahsanu minallahi shibghah… ”
inginnya, mewarnai juga, sungguh.
hingga pemberianNya, hidayah ini, tak hanya milik pribadi.
entahlah, sedang tak mampu mengingat pasti.
sudahkah ?
atau jangan-jangan, perjalanan kita selama ini hanya mentok di ruang-ruang diskusi tanpa isi, [hanya berbau]duniawi.
Astaghfirullaah,, maafkan.. maafkan yang belum mampu penuhi hakmu sebagai sodari.
**
tak ada lagi yang bisa di ucapkan selain rasa syukurku ini,
mendengarmu yang –ingin- mengajakku mengaji,
lalu, kau juga yang (kembali) mengingatkanku akan mati.
bersyukurkah ? atau malah keluhan “ahh.. coba dari dulu..”
ah ya, betapa bersyukur jika memang sedari dulu.
tapi, bukankah Ia yang lebih Tahu?
saat-saat yang tepat untuk menjadikan kita tahu dan (ingin) mencari tahu.
Washbir lihukmi rabbik..
“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu..” (QS. At Thuur ; 48)
:)
tulisan ini saya dedikasikan buat kamu,
yang sudah menjadi jalan, memberikanku ladang baru. :)
neng, kita sama2 belajar yaa ? ^^
Senin, 04 April 2011
Entah jarak, atau sekat.
akhir2 ini, aku dihadapkan dengan tatap para saudari yang, bagiku, penuh kebekuan. Aku tak tau mengapa, mungkin ini adalah sugesti dari keinginanku sendiri yang ingin –lenyap- sejenak saja, dari mereka.
akhir2 ini juga, rasa-rasanya memang aku lebih banyak -sendiri-. ah, meski aku masih saja disana, tak kemana-mana. entah mengapa, aku seperti masih berada dalam keadaan sendiriku.
dan akhir2 ini, ternyata tak hanya satu-dua dari mereka, para saudari sewarnaku, memperhatikanku, hooho..lebih tepatnya: mengeja deretkata ala ku. ah, semakin aneh saja bincangku malam ini..
ha, nyatanya persepsi itu penting ya.
bagaimana menurut kita, belum tentu menurut orang lain begitu.
persis, seperti mereka yang melontarkan tanya padaku,
: “cemburu sama siapa, Zah ?”
atau yang sekedar komentar, “agak sedikit gimanaaa gitu, cinta-cinta..”
ha, kurang lebih begitulah, aku tak hafal betul redaksinya. lantas. aku hanya menjawab dengan senyuman sembari menjawab tanya sekedarnya ; “oh.. yang itu.. ^^”
maaf, kalau ada yang merasa terganggu dengan aksiku.
ah ya, aku menyebutnya aksi.
Memang itu aksi favoritku. ^^
maaf, kalau ada yang merasa risih dengan keisenganku.
meski sungguh, itu bukan hal yang hanya iseng-iseng aja.
hanya ingin mengkatarsiskan diri.
mungkin, seperti Gestalt,
: Bukankah keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian ?
jadi menurutku, dengan keseluruhan sepertinya akan lebih bijak memaknai atau (lebih baik) tak usah sama sekali.
sekali lagi, maaf kalau ada yang merasa terusik.
Jazakillaah atas berbagai sangka baiknya.
semoga Allah selalu menjaga kita.
#dan untuk mereka.
entah jarak, atau sekat ?
ah, betapa sungguh.
aku rindu.
tapi lidahku begitu kelu.
mengucap miss u..
Allah, sampaikan..sampaikan, untuk mereka.
kepada : pewarna hari-hariku..
ruanghati, April 4th 2011. 23:56
akhir2 ini juga, rasa-rasanya memang aku lebih banyak -sendiri-. ah, meski aku masih saja disana, tak kemana-mana. entah mengapa, aku seperti masih berada dalam keadaan sendiriku.
dan akhir2 ini, ternyata tak hanya satu-dua dari mereka, para saudari sewarnaku, memperhatikanku, hooho..lebih tepatnya: mengeja deretkata ala ku. ah, semakin aneh saja bincangku malam ini..
ha, nyatanya persepsi itu penting ya.
bagaimana menurut kita, belum tentu menurut orang lain begitu.
persis, seperti mereka yang melontarkan tanya padaku,
: “cemburu sama siapa, Zah ?”
atau yang sekedar komentar, “agak sedikit gimanaaa gitu, cinta-cinta..”
ha, kurang lebih begitulah, aku tak hafal betul redaksinya. lantas. aku hanya menjawab dengan senyuman sembari menjawab tanya sekedarnya ; “oh.. yang itu.. ^^”
maaf, kalau ada yang merasa terganggu dengan aksiku.
ah ya, aku menyebutnya aksi.
Memang itu aksi favoritku. ^^
maaf, kalau ada yang merasa risih dengan keisenganku.
meski sungguh, itu bukan hal yang hanya iseng-iseng aja.
hanya ingin mengkatarsiskan diri.
mungkin, seperti Gestalt,
: Bukankah keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian ?
jadi menurutku, dengan keseluruhan sepertinya akan lebih bijak memaknai atau (lebih baik) tak usah sama sekali.
sekali lagi, maaf kalau ada yang merasa terusik.
Jazakillaah atas berbagai sangka baiknya.
semoga Allah selalu menjaga kita.
#dan untuk mereka.
entah jarak, atau sekat ?
ah, betapa sungguh.
aku rindu.
tapi lidahku begitu kelu.
mengucap miss u..
Allah, sampaikan..sampaikan, untuk mereka.
kepada : pewarna hari-hariku..
ruanghati, April 4th 2011. 23:56
Sabtu, 02 April 2011
Terserak (8)
kau percaya?
kalau Ia selalu punya cara terbaik untukmu.. :)
dalam hal apapun,
menjawab tanyamu,
menegurmu,
membuat tegar dirimu,
membuat lega jiwamu,
menguji sejauh mana sabar dan syukurmu,
yang semua itu hanya ingin membuatmu tersenyum, bukan ? :)
seperti senja itu, yang terjadi padaku,
:: meski hanya lewat sebuah bisikan tak sengaja seorang saudari yang (saat itu) ada disampingku,
"...akhir2 ini, ana harus mengejar tilawah ana, ukh..."
Glekkkk.. hoi.. apa kabar diri ?!
jika akhir2 ini tilawahmu hanya ada di garis
-standar- saja, sebatas minimal. [!]
tanpa penambahan.
atau tilawahmu yang kau rasakan -tanpa rasa-.
padahal kau selalu meminta ini itu padaNya.
hoi...seenaknya saja kau, diri ?!
mengibarkan dahan-dahan,
menebarkan benih,
menunggu kuncupnya mekar jadi bunga,
tapi tanpa,
tanpa menyuburkan kembali tanah pijakmu,
tanpa merasa perlu lagi memperkuat akarmu,
dan terus saja meminta,
tanpa penghambaan seutuhnya..
hanya sekedarnya, sekedarnya saja.
padahal, bukankah semestinya,
: Semampumu,
BUKAN HANYA sekedarmu.
hoii... apa kabar kau, diri ?!
ingin sekali aku memakimu.
tak lain hanya ingin bangunkanmu dari tidurpanjangmu..
Wahai diri,
aku hanya kasihan padamu,
jika kau lakukan semuanya tanpa ruh,
maka kosong-hambar-kering-tanpa rasa.
dan kalau memang begitu,
haha, bersiaplah kau akan tersungkur jatuh tanpa bisa bangkit kembali.
#
Allahumma Anta Rabbi Laa Illaaha Illa anta,
khalaqtani, wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika, wa wa'dika mastatha'tu,
'auudzubika min syarri maa shana'tu, abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u bi dzanbi,
faghfirlii..
Allah, aku hambaMu..
so heal, and you will be healed,,
kalau Ia selalu punya cara terbaik untukmu.. :)
dalam hal apapun,
menjawab tanyamu,
menegurmu,
membuat tegar dirimu,
membuat lega jiwamu,
menguji sejauh mana sabar dan syukurmu,
yang semua itu hanya ingin membuatmu tersenyum, bukan ? :)
seperti senja itu, yang terjadi padaku,
:: meski hanya lewat sebuah bisikan tak sengaja seorang saudari yang (saat itu) ada disampingku,
"...akhir2 ini, ana harus mengejar tilawah ana, ukh..."
Glekkkk.. hoi.. apa kabar diri ?!
jika akhir2 ini tilawahmu hanya ada di garis
-standar- saja, sebatas minimal. [!]
tanpa penambahan.
atau tilawahmu yang kau rasakan -tanpa rasa-.
padahal kau selalu meminta ini itu padaNya.
hoi...seenaknya saja kau, diri ?!
mengibarkan dahan-dahan,
menebarkan benih,
menunggu kuncupnya mekar jadi bunga,
tapi tanpa,
tanpa menyuburkan kembali tanah pijakmu,
tanpa merasa perlu lagi memperkuat akarmu,
dan terus saja meminta,
tanpa penghambaan seutuhnya..
hanya sekedarnya, sekedarnya saja.
padahal, bukankah semestinya,
: Semampumu,
BUKAN HANYA sekedarmu.
hoii... apa kabar kau, diri ?!
ingin sekali aku memakimu.
tak lain hanya ingin bangunkanmu dari tidurpanjangmu..
Wahai diri,
aku hanya kasihan padamu,
jika kau lakukan semuanya tanpa ruh,
maka kosong-hambar-kering-tanpa rasa.
dan kalau memang begitu,
haha, bersiaplah kau akan tersungkur jatuh tanpa bisa bangkit kembali.
#
Allahumma Anta Rabbi Laa Illaaha Illa anta,
khalaqtani, wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika, wa wa'dika mastatha'tu,
'auudzubika min syarri maa shana'tu, abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u bi dzanbi,
faghfirlii..
Allah, aku hambaMu..
so heal, and you will be healed,,
Langganan:
Postingan (Atom)